Perang Operator CDMA di Wilayah Jabar & Banten
Source: Pikiran Rakyat- Jumat, 09 Januari 2004
Oleh: Anton Timur
AKHIR tahun 2003 lalu bisa dikatakan merupakan momen bersejarah bagi dunia telekomunikasi di Jabar & Banten. Betapa tidak, ada empat operator Code Division Multiple Access (CDMA) yang sudah dan akan mulai beroperasi di tatar Sunda ini. Mereka adalah Telkom Flexi, Mobile 8, Esia, dan Indosat. Hadirnya empat operator CDMA tersebut jelas membawa angin segar bagi dunia telekomunikasi di Jabar & Banten. Namun bagi operator CDMA, saat-saat tersebut justru merupakan awal peperangan untuk merebut pasar dan menjadi "penguasa" CDMA di Jabar & Banten.
Komselindo
Sebenarnya jauh sebelum kedatangan keempat operator CDMA tadi, ada sebuah "operator CDMA" di Jawa Barat, yaitu Komselindo. Komselindo menggunakan teknologi AMPS sebelum memakai CDMA One, generasi teknologi sebelum CDMA 2000-1X. Isu AMPS yang mudah disadap, mau tak mau memaksa Komselindo untuk melakukan migrasi teknologi dari AMPS ke CDMA. Namun, begitu melakukan perluasan jaringan ke Jawa Barat, operator ini terbentur biaya migrasi ke CDMA yang cukup besar. Coverage area operator ini juga terbatas. Akhirnya seiring perjalanan waktu Komselindo gagal merebut hati masyarakat dan kalah bersaing dengan operator seluler lain. Kegagalan Komselindo ini bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi keempat pendatang baru tersebut.
Telkom Flexi
Telkom Flexi merupakan pemain CDMA 2000-1X yang pertama kali beroperasi di Jabar & Banten meskipun pada tahap awal baru melayani sebagian area kota Bandung. Produk ini diluncurkan oleh PT Telkom Indonesia melalui Divisi Fixed Wireless Access (FWA). Bandung dipilih sebagai motor penggerak Telkom Flexi di Jabar & Banten, oleh karena itu jangkauan pelayanannya semakin diperluas dengan membangun BTS hingga lebih dari 30 BTS di seluruh Bandung pada akhir Desember ini. Menyusul Bandung adalah kota Cirebon yang akan segera beroperasi dalam waktu dekat ini. Kota-kota lain di Jawa Barat dan Banten juga akan mendapatkan Telkom Flexi tetapi dibangun dengan pola BOT (Build, Operate, & Transfer). Telkom Flexi menawarkan dua layanan unggulan yaitu Flexi Trendy (prabayar) dan Flexi Classy (pascabayar). Telkom Flexi merupakan operator CDMA pertama yang menelurkan kartu RUIM (Removable User Identity Module) - seperti SIMcard pada GSM - yang memberi kemudahan kepada konsumen yang dinamis dan ingin tampil gaya untuk berganti handset sesuai dengan selera. Harga starter pack Flexi Trendy adalah Rp 80.000,00- sudah termasuk PPN 10%. Di dalamnya sudah terdapat pulsa (pre loaded) senilai Rp 50.000,-. Sedangkan untuk pasang baru Flexi Classy pelanggan cukup membayar biaya PSB sebesar Rp. 25.000,00 dengan tarif abonemen bulanan sebesar Rp. 30.000,00. Dengan teknologi CDMA 2000 1X ini kualitas suara akan terjamin tetap jernih dengan radiasi yang rendah (low radiation). Telkom Flexi juga menawarkan fitur-fitur yang bisa langsung dinikmati oleh pelanggan; seperti SMS, Caller ID, Call Waiting, Voice MailBox, maupun Call Forwarding. Masyarakat pun bisa menggunakan Telkom Flexi untuk mengakses internet atau melakukan koneksi data paket seperti halnya GPRS pada network GSM-1800 dengan kecepatan akses 153 kbps.
Layanan ini dinamakan dengan TELKOMNet@Flexi. Saat ini Telkom Flexi sudah bisa diperoleh masyarakat pada sentra-sentra ponsel yang ada di kota Bandung. Tanggapan masyarakat Bandung cukup menggembirakan, sehingga bukan hal yang mustahil bila tekad PT Telkom untuk menjadikan Bandung sebagai "Lautan Flexi" sepertinya akan segera terwujud.
Mobile-8
Menyusul Telkom Flexi memasuki Jabar & Banten pada bulan Desember ini adalah PT Mobile-8 Telecom (Mobile-8) yang mengeluarkan produk bernama FREN. Mobile-8 merupakan operator telekomunikasi yang mendapat lisensi operasi CDMA dengan cakupan Nasional dari pemerintah. Berbeda dengan Telkom Flexi yang memosisikan dirinya sebagai layanan fixed wireless, Mobile-8 mengklaim sebagai operator seluler layaknya operator GSM meskipun juga menggunakan teknologi CDMA 2000-1X dan CDMA 2000 1X EV-DO. Teknologi 2000-IX EV-DO (Data Only) ini merupakan teknologi terakhir yang menawarkan berbagai value added services (VAS) berbasiskan kecepatan data transfer yang tinggi di luar fitur standar yang biasa didapatkan di ponsel. Sampai dengan Desember 2003, jangkauan FREN di Jabar & Banten sudah mencakup kota Bandung, jalur Bandung-Cirebon, meliputi: Sumedang, Majalengka, Jatiwangi, Cirebon, jalur Pantura meliputi: Merak, Cilegon, Serang, Cikande, Tangerang, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Pamanukan, Jatibarang, Indramayu, Arjawinangun, Cirebon, hingga Losari. Jalur Bandung-Jakarta lewat Puncak juga sudah bisa menikmati layanan FREN meliputi: Cipatat, Cianjur, Sukabumi, Puncak, Bogor, Depok. Jalur Selatan menuju Jawa pun mulai digarap, meskipun baru sampai kota Garut. Bahkan di lokasi wisata Anyer, Carita, maupun Labuan, masyarakat masih bisa menikmati layanan FREN ini. Seperti halnya, Telkom Flexi, FREN juga hadir dalam format prabayar dan pascabayar. FREN memunyai tiga fitur unggulan, di samping fitur standar CDMA seperti SMS, yaitu Noise Reduction, Easy Swap, serta FreeRoaming. Noise Reduction merupakan fitur yang mampu meredam suara yang tidak diinginkan di sekitar penelefon, misalnya saat kita berada di lingkungan yang bising atau ramai, sehingga lawan bicara masih bisa mendengar dengan jelas suara si penelefon. Easy Swap merupakan kemudahan bagi pelanggan pascabayar untuk berpindah ke prabayar dan untuk kembali lagi ke pascabayar, tanpa harus menghubungi customer service atau ganti kartu. Praktis dan dapat digunakan sewaktu waktu. FreeRoaming merupakan fasilitas yang tidak mengenakan biaya roaming nasional, meski layanan ini masih terbatas untuk FREN prabayar. Untuk mendongkrak penjualan, Mobile-8 gencar melakukan promosi dengan iming-iming hadiah menarik bagi 88.888 pelanggan pertama. Hebatnya lagi, hadiah ini bukan saja bagi pemenang tapi juga bagi pasangannya.
Esia
Pendatang ketiga adalah Esia, yang diluncurkan oleh PT Bakrie Telecom, perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki Aburizal Bakrie. Sebenarnya Bakrie Telecom yang dahulu bernama PT. Radio Telefon Indonesia (Ratelindo) ini telah masuk Jawa Barat dengan memberikan layanan fixed wireless di sekitar kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Ratelindo juga memberikan solusi telefon tetap bagi High Rise Building (HRB) di kota Bandung. Bahkan, dengan terlebih dahulu mengantongi izin frekuensi fixed wireless dari pemerintah pada frekuensi 800 MHz di Jakarta, Jabar, dan Banten, memaksa Telkom Flexi harus beroperasi pada frekuensi 1900 MHz pada ketiga wilayah tersebut. Untuk wilayah Bandung, Bakrie telah membangun 10 BTS yang akan terus dikembangkan menjadi 30 BTS hingga akhir tahun ini. Esia sudah terlebih dahulu diluncurkan di Jakarta dan menggunakan konsep Home dan City untuk melayani pelanggannya. Home adalah produk dari Esia yang ditujukan untuk mereka yang tidak terlalu memerlukan tingkat mobilitas tinggi. Untuk berlangganan Home, pelanggan harus menentukan area tetap (home zone) dimana selama pelanggan tersebut melakukan percakapan di dalam area ini, pelanggan hanya akan dikenakan tarif pulsa rumah. Jika sewaktu-waktu pelanggan ingin melakukan panggilan di luar home area tetapnya maka akan dikenakan tambahan surcharge sebesar Rp 100,00/menit. Home menggunakan sistem pascabayar, di mana pembayaran biaya penggunaan telefon dilakukan setiap bulan. Paket perdananya dipatok sebesar Rp 150 000,00 sudah termasuk PPN 10%, biaya administrasi dan aktivasi. Berbeda dengan Home, produk City merupakan layanan yang ditujukan bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga dapat digunakan untuk menelefon kemanapun dan menerima panggilan darimanapun selama digunakan dalam satu kode area, misalnya 022 untuk area Bandung. City hadir dengan dua pilihan yaitu kartu pascabayar dan kartu prabayar. Seperti halnya dengan Home, City juga dilengkapi dengan SIM Card untuk memudahkan pergantian handset oleh pelanggan. Esia melayani dua area kode yaitu 021 untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya serta kode 022 untuk wilayah Bandung dan sekitarnya. Berbeda dengan Jakarta yang dibagi menjadi 8 home zone, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Bekasi, Tangerang, serta Depok, hanya ada satu home zone untuk Bandung dan sekitarnya. Sayangnya pelanggan belum bisa leluasa mengirim SMS dan gambar ke pelanggan GSM karena Esia masih mengupayakan akses interkoneksi antaroperator terutama GSM.
Indosat
Operator CDMA yang belum terlihat memasang "kuda-kuda" adalah Indosat. Meski telah merencanakan untuk ikut mengoperasikan layanan telefon tetap tanpa kabel berbasis teknologi CDMA pada awal tahun 2004, namun sampai saat ini Indosat masih dalam tahap persiapan. Di samping sebagai operator sambungan langsung internasional (SLI), Indosat juga mempunyai anak perusahaan seluler, yaitu Satelindo dan IM3 yang baru saja dilebur menjadi satu. Selain Bandung, kota-kota besar lain yang akan dimasuki layanan CDMA Indosat adalah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam.
Kompetisi
Keempat operator CDMA tersebut mau tak mau harus berkompetisi dan bekerja keras untuk dapat merebut hati masyarakat Jabar & Banten. Esia dan Telkom Flexi masih bisa berbagi pasar karena berbeda frekuensi, tetapi keduanya harus menghadapi Mobile-8 yang bermodal besar dan memunyai lisensi nasional serta siap bermain di semua frekuensi mulai 450 MHz, 800 MHz, hingga 1900 MHz. Meskipun demikian, tidak mudah juga bagi Mobile-8 untuk "sapu bersih" karena Telkom Flexi masuk lebih awal daripada operator lainnya dan "nama besar" Telkom agaknya masih bisa menjadi jaminan kepercayaan masyarakat. Di samping itu Telkom Flexi ditunjang infrastruktur PT Telkom yang menjamin ketersediaan hubungan ke PSTN. Peluang Indosat agaknya lumayan berat mengingat start-nya telat dan belum ada tanda-tanda ke arah komersialisasi hingga saat ini.
Meskipun demikian, hampir semua operator CDMA masih tampak optimis karena mereka hadir dengan menggunakan teknologi CDMA 2000-1X yang selangkah lebih maju dibandingkan GSM dan menawarkan tarif yang lebih murah. Namun hal ini bukan jaminan untuk mendapatkan pangsa pasar nirkabel yang sebenarnya lumayan jenuh. Pemerintah malah berencana menaikkan tarif fixed wireless sehingga bisa lebih mahal dari telefon tetap, meski masih di bawah GSM. Disamping berkompetisi antar sesama operator CDMA, mereka juga harus menghadapi "musuh bersama" yaitu para operator GSM yang sudah lebih dulu menguasai pasar seluler di Jabar & Banten. Apalagi, hampir semua operator seluler segera melakukan langkah antisipasi dengan menurunkan tarif dan melakukan inovasi memberikan pilihan voucher yang dibandrol lebih murah dibandingkan sebelum kehadiran CDMA. Selain itu, pada awal pengoperasiannya, operator CDMA belum menunjukkan kualitas layanan yang melebihi, minimal menyamai kualitas layanan GSM. Interkoneksi juga bisa menjadi penghambat laju operator CDMA, karena tanpa interkoneksi yang luas, komunikasi dari operator CDMA ke GSM maupun ke telefon tetap bisa macet. Fitur-fitur CDMA belum banyak yang dioptimalkan, seperti layaknya GSM yang telah menggelar GPRS untuk melakukan transfer data dengan kecepatan tinggi dan MMS (multimedia message service) yang bisa mengirim serta menerima pesan berbentuk gambar bergerak (video streaming) dan akses internet lewat ponsel. Pesaing yang terakhir adalah PT Telkom Divre III yang masih menjadi "penguasa" layanan telefon tetap di Jabar & Banten. Tidak dapat dipungkiri, meski ketinggalan teknologi, layanan telefon tetap dengan kabel tembaga masih menjadi idola bagi kalangan residensial bahkan bisnis, terbukti dengan masih tingginya permintaan pasang baru (PSB) yang belum terlayani sampai saat ini. Hal ini wajar mengingat tidak semua orang membutuhkan telefon seluler atau wireless dan yang pasti tarif telefon rumah lebih murah dari CDMA maupun GSM.
Kesimpulan
Masuknya operator CDMA tersebut jelas menambah pilihan komunikasi yang semakin beragam bagi masyarakat yang telah lebih dulu menikmati layanan seluler dari beberapa operator GSM, di samping layanan telefon tetap dari PT Telkom. Di lain pihak, persaingan ketat pasti akan terjadi. Yang diuntungkan dari kompetisi antaroperator CDMA ini sebenarnya adalah masyarakat, karena hal tersebut akan memacu para operator untuk terus berinovasi, memperluas coverage area, dan memberikan kualitas yang terbaik. Tarif menjadi sesuatu yang relatif. Siapa yang memberikan service excellent kepada masyarakat Jabar & Banten, dialah yang akan jadi pemenangnya. (Anton Timur, S.T.)***
Penulis pemerhati Telekomunikasi
0 Komentar:
Post a Comment
<< Home